Anggaran Kesehatan dan Ketrampilan Warga Binaan Dikepras dan Dihilangkan

ilustrasi rutan kudus

Kudus, Radiosuarakudus.com – Anggaran pembinaan kesehatan ratusan warga binaan rumah tahanan (rutan) Kudus sangat minim sekali. Tahun ini, pemerintah hanya menganggarkan Rp. 1,5 juta untuk dana pembinaan kesehatan narapidana dan tahanan yang sedang menjalani masa hukuman penjara tersebut. Jumlah penghuni rutan Kudus saat ini sebanyak 119 orang. Rinciannya 114 warga binaan berjenis kelamin laki-laki dan sisanya perempuan.

Jumlah penghuni Rutan Kudus sebenarnya tergolong melebihi kapasitas yang seharusnya (over capacity). Sebab idealnya, rutan Kudus ini hanya diisi maksimal 82 warga binaan. Kepala Rutan Kudus, Warsianto, Selasa 12 Agustus 2014 mengatakan, pemangkasan anggaran pembinaan kesehatan warga binaan ini merupakan kebijakan pusat.

Seluruh rutan dan lembaga permasyarakatan (lapas) se-Indonesia juga mengalami pemangkasan serupa. Padahal tahun lalu, anggaran pembinaan kesehatan warga binaan ini masih sekitar Rp. 25 juta. Warsianto mengaku, anggaran tersebut sangat minim sekali. Padahal urusan kesehatan warga binaan tidak bisa diprediksi. Seringkali, warga binaan yang semula terlihat sehat namun tiba-tiba mengeluh mengalami gangguan kesehatan.

Karena anggaran sangat terbatas, pihak Rutan Kudus pun terpaksa memutar otak untuk mengatasi persoalan ini. Warsianto pun berusaha menjalin kerjasama dengan Pemkab Kudus.

Untung saja, tawaran itu direspon. Alhasil, khusus hari Rabu tiap pekannya ada mobil puskesmas keliling yang “ngetem” dan memberikan pelayanan kesehatan untuk ratusan warga binaan tersebut.

Selain anggaran pembinaan kesehatan, sejumlah mata anggaran lain juga turut dikepras. Ia mencontohkan anggaran pemeliharaan gedung, yang dulu sekitar Rp100 juta namun kini hanya tinggal Rp.7,5 juta.

Anggaran yang turut dikurangi seperti alokasi untuk progam kemandirian berupa pelatihan ketrampilan bagi warga binaan. Bahkan nasib pos anggaran ini lebih memprihatinkan. Sebelumnya, anggaran untuk pos ini dijatah sekitar Rp.25 juta, namun tahun ini malah tidak ada sama sekali.

Padahal peran anggaran ini sangat vital untuk bekal napi usai menjalani masa hukuman. Mereka bisa lebih terampil karena selama di rutan dilatih terampil alat pertukangan, menjahit atau ketrampilan lainnya.

Warsianto mengaku tidak tahu menahu alasan di balik pemangkasan berbagai pos anggaran penting tersebut. Namun ia memperkirakan kebijakan tersebut bisa jadi dipengaruhi dengan naik turunnya jumlah warga binaan. Sebab sebelumnya, ia pernah mengajukan anggaran untuk pos tertentu dengan estimasi warga binaan sekitar 115 – 130 orang.

Angka tersebut merupakan rata-rata jumlah warga binaan Rutan Kudus tiap tahunnya. Tapi ternyata penyerapan anggaran tersebut malah rendah. Hal ini dipengaruhi sejumlah alasan salah satunya terus berkurangnya jumlah warga binaan Rutan Kudus.

Bahkan pihaknya malah mendapat teguran, karena rendahnya penyerapan anggaran itu. Tapi apakah karena faktor itu atau tidak, Warsianto mengaku tidak bisa memastikan. (Roy)

You may also like...

Comments are closed.