Debit Air Di Sumur PDAM Tiap Tahun Menurun Tajam

ilustrasi pdam

Kudus, Radiosuarakudus.com – Direktur Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten Kudus Ahmadi Syafa mengungkapkan sejumlah sumur produksi milik PDAM Kudus setiap tahun mengalami penurunan debit air secara bervariasi karena berbagai factor. Dikatakannya Jum’at kemarin, berdasarkan hasil monitoring di beberapa sumur produksi, tercatat mengalami penurunan debit air antara 0,8 meter hingga 1 meter setiap tahunnya.

Pemantauan tersebut, sudah berlangsung sejak 2007 dengan mengambil sampel empat sumur produksi milik PDAM Kudus di Kecamatan Dawe dan Bae. Dengan grafik penurunan debit airnya tersebut, kata dia, sumur produksi yang dimiliki PDAM Kudus juga tidak bisa bertahan dalam jangka lama karena debit air yang selama ini menjadi sumber air baku semakin menurun.

Ia memperkirakan, sumur produksi milik PDAM Kudus hanya mampu beroperasi secara optimal hingga 20 tahun mendatang. Untuk itu, pihaknya harus segera mendapatkan sumber mata air permukaan agar pelayanan terhadap pelanggan bisa tetap optimal. Dari 36 sumur produksi yang dimiliki PDAM Kudus, mayoritas mengalami persoalan serupa, yakni mengalami penurunan debit air.

Hal tersebut, dibuktikan dengan jarak kedalaman permukaan air setiap tahunnya mengalami penurunan secara bervariasi. Dijelaskannya, awalnya pipa untuk pengambilan air berada di kedalaman 65 meter, sekarang harus diturunkan kembali menjadi 80 meter dari kedalaman sumur mencapai 150 meter.

Apabila pipa tersebut semakin dalam masuk ke dalam sumur, selain kapasitas pengambilan air dari masing-masing sumurnya juga menurun, maka biaya produksinya juga semakin bertambah. Sedangkan kapasitas produksi dari masing-masing sumur produksinya, sekitar 10 liter per detik.

Untuk itu, kata dia, alternatif sumber mata air, terutama sumber air permukaan harus disiapkan guna mendukung ketersediaan air bersih untuk masyarakat di Kudus. Salah satunya, yakni menunggu proses pembangunan Waduk Logung yang akan dibangun di lahan warga yang tersebar di Desa Kandang Mas (Kecamatan Dawe), Tanjungrejo (Kecamatan Jekulo), serta lahan milik Perum Perhutani.

Menurut dia, masyarakat juga perlu dilibatkan dalam menjaga ketersediaan air di bumi lewat kampanye pembuatan biopori, terutama di wilayah Pegunungan Muria. Ditambahkannya, dengan kondisi geografis pegunungan yang cukup curam, air hujan cenderung lari ke dataran lebih rendah, dibanding meresap ke dalam tanah.

Untuk itu, masyarakat setempat perlu diajak membuat biopori agar air hujan mudah meresap ke dalam tanah. Sejauh ini, program biopori baru digalakkan di wilayah yang berpotensi dilanda banjir serta daerah yang mudah tergenang air ketika musim hujan. (Roy)

You may also like...

Comments are closed.