Gara Gara Bau Limbah, MI Darul Falah Pakai Masker

IMG-20160909-WA0023Kudus, Radiosuarakudus.com – Proses belajar – mengajar khususnya bagi siswa – siswi kelas 1 s/d kelas 3 di MI Darul Falah Dukuh Boto Kidul Desa Ngembal Rejo kecamatan Bae, terganggu. Ini setelah bau busuk yang menyengat dari produksi limbah kertas yang diolah menjadi kertas, yang kebetulan berada dibelakang madrasah tersebut.

Akibatnya, banyak anak – anak yang harus pakai masker saat proses belajar mengajar dimulai. Menurut salah seorang guru MI Darul Falah, Tian Ferdi Novrida, Kamis 8 September 2016, kondisi ini sudah berlangsung usai lebaran lalu. Biasanya kata Tian, mulai pukul 08.30 bau menyengat sudah menusuk hidung. Dan anak – anak didiknya dari kelas 1 s/d kelas 3 yang berjumlah 103 siswa mulai memasang masker hidung.

Diakuinya, pihak MI juga sudah melakukan protes kepada pemilik, tapi juga tidak ada tanggapan. Bahkan, beberapa warga juga sudah menandatangani petisi dan disampaikan ke pihak desa, namun sampai saat ini juga belum ada hasilnya. Sementara itu, salah seorang wali murid, Uun (32 tahun) mengaku prihatin dengan kondisi bau yang menyengat dari produksi kertas dibelakang MI ini.

Bahkan kata Uun, anaknya Zaira (7 tahun) yang masih duduk dikelas 1 selama sepekan mengalami batuk dan tidak masuk sekolah. Oleh dokter, anaknya dikatakan mengalami alergi udara. Dia berharap, aktivitas yang membuat bau menyengat tersebut dapat dicarikan solusinya, sehingga tidak mengganggu aktivitas sekolah di MI anaknya.

Sementara itu, pengelola usaha daur ulang kertas, Budianto menegaskan, bau yang keluar dari usahanya tersebut dianggapnya tidak mengganggu kesehatan. Bahkan dia siap bila akan diadakan mediasi antara pihaknya dengan masyarakat yang mempermalahkan bau tersebut.

Bahkan kata Budianto, pihak desa pun sudah mendatangi usahanya dan menyatakan hal itu wajar. Selain itu kata dia, pihak kantor LH juga datang dan melihat langsung usahanya tersebut. Dan diberikan solusi, agar ditanami bunga gading untuk menyerap bau yang keluar dari usahanya itu. Bahkan lanjut Budianto, dia juga mempekerjakan ibu – ibu dilingkungan usahannya ini. Mereka per hari digaji Rp. 30.000.

Terpisah, Kasi Pengembangan Kapasitas dan Penanganan Dampak Lingkungan pada Kantor Lingkungan Hidup (LH) Kudus, Indriatmoko mengatakan, pada bulan Agustus lalu, pihaknya sudah mengirimkan stafnya untuk mendatangi usaha pengolahan daur ulang kertas tersebut. Dalam kesempatan itu, pihaknya menyerahkan surat teguran pertama karena usaha itu belum berijin.

Dan dia juga dengan tegas menolak bila diakui oleh Budianto telah memberikan solusi untuk menanam bunga gading guna menyerap bau yang keluar. Untuk ijin usaha tegas Indriatmoko harus melalui kantor BPMPPT dan untuk ijin dampak limbahnya harus melalui kementerian Lingkungan Hidup. Bila hal itu masih belum dipenuhi, maka pihaknya akan memberikan surat teguran kedua. (Roy-RSK)

You may also like...

Comments are closed.