Operasi Pasar Elpiji 3 Kg Dianggap Tidak Efektif

OP-ElpijiKudus, Radiosuarakudus.com – Operasi pasar (OP) elpiji 3 kg yang dilakukan oleh pertamina menghadapi kelangkaan yang terjadi di Kudus, dianggap tidak efektif. Karena dengan adanya OP tersebut, justru malah mengurangi kuota elpiji 3 kg di Kudus untuk jatah selama setahun.

Hal itu terungkap dalam rapat bersama antara Komisi B DPRD Kudus dengan pihak Disdagsar, Dinas Bina Marga dan ESDM, bagian perekonomian, pertamina serta para 8 agen dan 2 SPBE, Rabu 14 September 2016. Rapat yang dipimpin oleh ketua Komisi B Muhtamat ini adalah untuk mengevaluasi kelangkaan elpiji 3 kg yang berlangsung hingga kini.

Namun kepala Disdagsar Kudus, Sudiharti menegaskan bahwa tidak ada kelangakaan karena stok elpiji ke pangkalan – pangkalan tetap ada dan secara rutin berjalan. Sedangkan perwakilan Pertamina Semarang, Agung Nurhayanto Putro mengatakan, sepanjang tahun ini kebutuhan elpiji  3 kg di Kudus memang sudah melampaui batas nornal.

Sehingga ketika ada permintaan fakultatif yang diajukan oleh Disdagsar untuk OP di 9 kecamatan disetujui guna meredam gejolak akibat kelangkaan itu. Dengan sasaran adalah keluarga yang membutuhkan elpiji 3 kg dengan harga sesuai HET yakni Rp. 15.500 per tabung.

Namun OP itu kata Agung adalah jatah kuota yang diambil dari bulan berikutnya. Mendengar hal itu, Muhtamat menegaskan bahwa OP tidak perlu dilakukan, bila akibatnya untuk bulan berikutnya justru jatahnya berkurang. Sehingga dikhawatirkan, akan terjadi kasus serupa pada bulan berikutnya.

Dia meminta kepada pihak Pertamian, agar OP adalah tambahan yang diberikan Pertamina tanpa mengurangi jatah kuota yang ada. Aris Suliyono yang juga sekretaris Komisi B mempertanyakan kepada Pertamina dan agen terkait pendistribusian elpiji 3 kg ke pangkalan – pangkalan yang tidak merata. Bahkan ada beberapa pangkalan diberikan pasokan melebihi jumlah KK yang ada didesa atau wilayah dilokasi pangkalan berada. Dari hasil penelusuran kata Aris, ada pangkalan yang dipasok agen sampai 3. 900 tabung per bulan.

Dia mencurigai, pangkalan itu menjual tabung elpijinya sampai diluar kecamatan. Aris juga menanyakan kepada Pertamina, bila ada pengaduan warga yang merasa ada pangkalan nakal akan melapor kemana. Karena masyarakat yang diminta adalah ketegasan sanksi bila ada pangkalan yang nakal.

Dalam rapat bersama ini Komisi B meminta agar pertamina dan agen serta Disdagsar untuk melakukan pengelolaan pangkalan yang baik. Sehingga kejadian kelangkaan elpiji 3 kg tidak terjadi lagi.

Selain itu, mereka juga meminta kepada para agen untuk mengawasi pangkalan – pangkalan yang ada agar lebih memprioritaskan warga sekitar daripada kepada bakul atau warung. Sehingga harga sesuai HET dan tidak membebani masyarakat.

Operasi pasar (OP) elpiji 3 kg yang dilakukan oleh pertamina menghadapi kelangkaan yang terjadi di Kudus, dianggap tidak efektif. Karena dengan adanya OP tersebut, justru malah mengurangi kuota elpiji 3 kg di Kudus untuk jatah selama setahun.

Hal itu terungkap dalam rapat bersama antara Komisi B DPRD Kudus dengan pihak Disdagsar, Dinas Bina Marga dan ESDM, bagian perekonomian, pertamina serta para 8 agen dan 2 SPBE, Rabu 14 September 2016. Rapat yang dipimpin oleh ketua Komisi B Muhtamat ini adalah untuk mengevaluasi kelangkaan elpiji 3 kg yang berlangsung hingga kini.

Namun kepala Disdagsar Kudus, Sudiharti menegaskan bahwa tidak ada kelangakaan karena stok elpiji ke pangkalan – pangkalan tetap ada dan secara rutin berjalan. Sedangkan perwakilan Pertamina Semarang, Agung Nurhayanto Putro mengatakan, sepanjang tahun ini kebutuhan elpiji  3 kg di Kudus memang sudah melampaui batas nornal.

Sehingga ketika ada permintaan fakultatif yang diajukan oleh Disdagsar untuk OP di 9 kecamatan disetujui guna meredam gejolak akibat kelangkaan itu. Dengan sasaran adalah keluarga yang membutuhkan elpiji 3 kg dengan harga sesuai HET yakni Rp. 15.500 per tabung.

Namun OP itu kata Agung adalah jatah kuota yang diambil dari bulan berikutnya. Mendengar hal itu, Muhtamat menegaskan bahwa OP tidak perlu dilakukan, bila akibatnya untuk bulan berikutnya justru jatahnya berkurang. Sehingga dikhawatirkan, akan terjadi kasus serupa pada bulan berikutnya.

Dia meminta kepada pihak Pertamian, agar OP adalah tambahan yang diberikan Pertamina tanpa mengurangi jatah kuota yang ada. Aris Suliyono yang juga sekretaris Komisi B mempertanyakan kepada Pertamina dan agen terkait pendistribusian elpiji 3 kg ke pangkalan – pangkalan yang tidak merata. Bahkan ada beberapa pangkalan diberikan pasokan melebihi jumlah KK yang ada didesa atau wilayah dilokasi pangkalan berada. Dari hasil penelusuran kata Aris, ada pangkalan yang dipasok agen sampai 3. 900 tabung per bulan.

Dia mencurigai, pangkalan itu menjual tabung elpijinya sampai diluar kecamatan. Aris juga menanyakan kepada Pertamina, bila ada pengaduan warga yang merasa ada pangkalan nakal akan melapor kemana. Karena masyarakat yang diminta adalah ketegasan sanksi bila ada pangkalan yang nakal.

Dalam rapat bersama ini Komisi B meminta agar pertamina dan agen serta Disdagsar untuk melakukan pengelolaan pangkalan yang baik. Sehingga kejadian kelangkaan elpiji 3 kg tidak terjadi lagi.

Selain itu, mereka juga meminta kepada para agen untuk mengawasi pangkalan – pangkalan yang ada agar lebih memprioritaskan warga sekitar daripada kepada bakul atau warung. Sehingga harga sesuai HET dan tidak membebani masyarakat. (Roy-RSK)

You may also like...

Comments are closed.