Penderita TB Paru Diminta Rutin Berobat

TB PARU 2

Kudus, Radiosuarakudus.com- Kasus penderita tuberkulosis multi drug resistance (TB MDR) yang angkanya meningkat di Kudus untuk penemuan penderitanya perlu diapresiasi. Karena dengan penemuan kasus serta penderitanya, maka angka penyebarannya penyakit menular tersebut dapat diminimilir.

Menurut Kasi Kasi Pencegahan Penyakit Menular pada Dinas Kesehatan Kabuaten Kudus Subiyanto, Selasa 25 Oktober 2016, penderita TB paru MDR ini awalnya karena mereka saat terkena TB paru biasa tidak berobat secara rutin. Akibatnya mereka menjadi resistance terhadap obat paru biasa yang diberikan oleh tim medis.
Setelah mereka menjadi penderita TB paru MDR, maka pengobatanya lebih lama yakni selama dua tahun dengan jumlah obat lebih banyak dan setiap hari harus meminum obat tersebut dan juga mereka juga disuntik setiap hari.

Selain itu kata Subiyanto, bila penderita TB paru MDR ini menularkan kepada orang yang sehat, maka orang sehat tersebut dapat langsung tertular menjadi penderita TB paru MDR juga. Lokasi –lokasi yang sangat rentan tertular adalah di brak – brak rokok yang memiliki jumlah karyawan cukup banyak dan tempat kerja lain yang ruangannya tertutup dengan apalagi dengan memakai AC.

Untuk itu, perlu kesadaran dari penderita TB paru untuk memakai penutup mulut (masker) saat bekerja. Termasuk para karyawan di brak – brak rokok juga perlu memakai masker untuk menjaga agar tidak tertular. Disamping itu, penderita TB paru juga dilarang meludah sembarangan.

Ditegaskannya, bila disekitar lingkungan atau keluarga ada yang menderita batuk lebih dari dua minggu tidak sembuh, maka harus diperiksakan laborat karena itu adalah tanda menderita TB paru.

Seperti diberitakan sebelumnya, kasus tuberkulosis multi drug resistent (TB MDR) di Kudus terus meningkat setiap tahunnya. Jika pada tahun 2015 lalu jumlah penderita TB MDR berjumlah 22 orang, sampai bulan Oktober 2016 ini jumlah penderitanya sudah mencapai 35 orang, atau meningkat 38 persen dari tahun sebelumnya.

Penyakit menular yang berbahaya ini disebabkan oleh kondisi lingkungan rumah yang lembab dan kurang sinar matahari. (Roy Kusuma – RSK)

You may also like...

Comments are closed.