Petugas Pengaduk Bubur ‘Asyura’ Tidak Boleh Dilakukan Secara Bergantian

Kudus, Radiosuarakudus.com- Masyarakat muslim terutama di kompleks Menara Kudus memiliki tradisi membuat bubur “asyura” untuk dibagikan kepada masyarakat sekitar guna menyambut Hari Asyura atau 10 Muharram.

Pembuatan bubur “asyura” yang diinisiasi oleh Yayasan Masjid Menara dan Makam Sunan Kudus itu, dilakukan di rumah salah seorang warga Desa Kauman, Kecamatan Kota, Kudus, dengan melibatkan puluhan warga setempat, Jumat 28 Agustus 2020.

Menurut Juru Masak Bubur Asyura Muflichah di Kudus, tradisi pembuatan bubur “asyura” memang sudah turun temurun, termasuk di kompleks Menara Kudus dimungkinkan sudah ada sejak lama.

Bahan-bahan yang digunakan dalam membuat bubur “asyura” tersebut, dimungkinkan berbeda-beda untuk masing-masing daerah, sedangkan di kompleks Menara Kudus menggunakan sembilan bahan berbeda.

Adapun bahan baku yang digunakan untuk membuat bubur asyura, kata dia, ada sembilan macam, yakni beras, jagung, kacang hijau, kacang kedelai, kacang tolo, ketela pohon, kacang tanah, pisang dan ubi jalar.

Sementara bumbu-bumbuan yang dipakai, yakni bumbu gulai, daun pandan, serai, kayu manis, dan garam.  Pembuatannya diperkirakan membutuhkan waktu selama tiga jam lebih sebelum disajikan untuk dibagikan kepada masyarakat. Pada tahun ini, kata dia, bubur yang disiapkan sebanyak 1.050 porsi bubur.

Sebagian bubur yang dibuat, dibagikan kepada masyarakat sekitar, sedangkan sebagian lagi disiapkan untuk peserta  barzanji. Tradisi bubur “asyura” sendiri tidak terlepas dari kisah Nabi Nuh AS bersama umatnya ketika selamat dari banjir, kemudian sebagai bentuk rasa syukur mereka membuat bubur dengan bahan dari sisa perbekalan yang ada, kemudian bubur tersebut dikenal dengan bubur “asyura”. Muflichah menambahkan bahwa pembagian bubur asyura merupakan rangakaian dari kegiatan “Buka Luwur Makam Sunan Kudus”.

Sementara itu salah satu rewang yang ikut mengaduk pembuatan bubur “asyura”, Siti Munawaroh mengatakan untuk mengaduk bubur ini dimulai pada pukul 05.30. Setidaknya membutuhkan waktu 3 jam untuk mengaduk bubur “asyura” didalam kawah secara terus menerus agar benar – benar matang.

Ada yang tidak boleh dilanggar kata Munawaroh, yakni untuk petugas yang mengaduk bubur tidak boleh diganti. Selama ini kata dia, mengaduk bubur “asyura” yang membutuhkan waktu kurang lebih tiga jam belum pernah dilakukan dengan bergantian. Harus satu orang sampai selesai hingga benar – benar masak. Hal ini lanjut dia memang benar – benar unik dan belum pernah ada petugas pengaduk yang dilakukan secara bergantian. (Roy Kusuma – RSK)

About

You may also like...

Comments are closed.