PPDB Perebutan Siswa Baru Antara Sekolah Negeri dan Swasta

Kudus, Radiosuarakudus.com- Persaingan untuk mendapatkan siswa baru dalam penerimaan peserta didik baru (PPDB) tahun ini nampaknya akan semakin sengit antara sekolah dasar (SD) negeri dan swasta serta MI. Disisi lain, berbagai program pendidikan di SD swasta ditawarkan kepada para calon wali murid. Sementara di SD negeri para guru mencoba untuk menggaet calon siswa baru dengan berbagai cara. Sedangkan MI, didesa – desa selalu dipenuhi oleh siswa baru.

Aturan Permendikbud No. 17 Tahun 2017 tentang  PPDB menegaskan, bahwa untuk SD per rombel (rombongan belajar) harus diisi minimal 20 siswa dan maksimal 28 siswa. Dan maksimal 4 rombel dalam satu tingkat kelas. Bila ketentuan itu tidak dilaksanakan, maka peserta didik tidak akan masuk dalam dapodik.

Sementara itu Kepala SD NU Unggulan, Wihdal Muna, Kamis 25 Januari 2018 mengatakan, tahun lalu dalam UN siswa kelas 6 bergabung ke SD Nawa Kartika. Namun untuk tahun ini masih menunggu keputusan dari Disdikpora Kudus, apakah sudah bisa melaksnakan UN sendiri disekolah atau masih menggabung dengan SD Nawa Kartika.

Dalam PPDB tahun ini kata Muna, pihaknya menerima siswa baru sebanyak 112 anak, dimana untuk kelas 1 akan ada 4 ruang kelas. Dan masing – masing kelas akan diisi 28 siswa. Saat ini calon siswa baru yang sudah mendaftar sebanyak 102 anak.

Sedangkan kepala SD 1 Barongan, Maskat mengatakan, seluruh SD negeri di Kudus belum ada perintah untuk membuka pendaftaran dari Disdikpora. Meski begitu kata Maskat, SD nya sudah banyak yang inden. Dan sekolahnya menyediakan dua ruang kelas dengan masing masing kelas berisi 28 dan 32 calon siswa baru.

Menurut Maskat, seharusnya seluruh SD baik negeri dan swasta seragam dalam penerimaan siswa baru. Tidak seperti sekarang ini, SD swasta sudah membuka pendaftaran bahkan malah ada yang sudah menutup pendaftaran karena sudah penuh.

Hal ini kata Maskat, tentunya SD negeri dipinggiran akan semakin kesulitan mendapatkan siswa baru. Apalagi di desa – desa banyak orang tua yang sudah terlanjut minded dengan madrasah ibtidaiyah (MI). Bila ingin bersaing kata dia, seharusnya para kepala dan guru SD dipinggiran membuat manajemen pengelolaan  sekolah yang baik.

Terpisah, kepala SD 2 Burikan, Retnowati mengatakan, sekolahnya berada dilingkungan masyarakat yang secara ekonomi adalah mampu. Wajar bila mereka ingin anaknya disekolahkan di sekolah yang dianggap bagus meski dengan biaya pendidikan yang cukup mahal. Alasan lain dari warga sekitar, anaknya disekolahkan ke sekolah yang pulangnya sore karena sekalian dijemput ketika mereka pulang kerja.

Saat ini sekolahnya hanya memiliki 71 siswa mulai dari kelas 1 – kelas 6. Dia juga sadar, bahwa dari ketentuan Permendikbud No 17 Tahun 2017 sekolahnya harus digabung ke sekolah lain. Namun sampai sekarang dari Disdikpora Kudus belum memberikan sinyal, jadi tidaknya sekolahnya digabung dengan sekolah lain. (Roy Kusuma – RSK)

About

You may also like...

Comments are closed.