Qudsiyyah Buka Pesantren Putri

 

 

 

Kudus, Radiosuarakudus.com- Bertempat di Gedung Qudsiyyah Putri Singocandi, Kamis 13 Juli 2017 berlangsung acara konferensi pers “Grand Opening Gedung Qudsiyyah Putri”. Hadir dalam acara tersebut adalah Sekretaris Ikatan Alumni Qudsiyyah (IKAQ), Abdul Jalil dan wakil ketua Yayasan Pendidikan Islam Qudsiyyah (YAPIQ), Ikhsan. Abdul Jalil dalam pengantarnya mengatakan,  sejarah telah membuktikan bahwa konsistensi pesantren terhadap manhaj al-fikr al-salafy (metode berfikir sesuai nilai-nilai salaf) telah menjadikannya mampu bertahan dalam gegap gempita peradaban.

Pesantren dapat bertahan dengan tegar ketika sistem pendidikan yang lain hanya sibuk mengurusi politik dan birokrasi. Ditambahkan oleh Abdul Jalil, pesantren tetap hidup dengan moderasi dan toleransinya dalam tekanan untuk  tidak toleran terhadap ummat lain.

Pesantren juga telah bermetamorfosis dari posisi pusat pengkaderan (center of exellence) ke pusat pemberdayaan (agent of empowerment). Kedepan lanjut dia, tantangan yang dihadapi pendidikan Islam tentu lebih berat lagi. Oleh karena itu, pesantren  harus melangkah ke al-ghayatul maqshudah sebagai institusi pembentuk manusia seutuhnya yang cerdas, berkarakter dan mandiri. Manusia yang berhak menjadi khalifah; mampu memahami, menerjemahkan dan menyatukan alam dan dirinya dalam jaring ketuhanan (al-kawn al-jami‘), sehingga ia menjadi manusia sempurna (al-insan al-kamil), baik secara al-haqqiyah dan al-khalqiyyah.

Kelangkaan supply orang dengan kualifikasi di atas karena terjadi disorientasi.  Pusat orientasi nilai seperti agama, orang tua, tokoh masyarakat, tokoh agama dan juga dunia pendidikan telah kehilangan daya tariknya. Karakter anak bangsa sekarang lebih diilhami oleh artis dan media sosial. Tata nilai, etika dan etos kerja yang diajarkan orang tua, pendidikan dan agama tidak lagi menjadi code of conduct (pedoman perilaku).

Dalam situasi seperti ini, kita mesti berani merevolusi mental untuk kembali pada tujuan semula melahirkan pribadi yang utuh, berkarakter dan mandiri. Ikhsan menambahkan, bertolak dari pemikiran itulah, Yayasan Pendidikan Islam Qudsiyyah (YAPIQ)  mendirikan Pondok Pesantren Qudsiyyah.

Posisioning pesantren menjadi semakin signifikan karena peserta didik terus dihadapkan pada percepatan peradaban, sehingga menuntut pembacaan kreatif, konstektual, tidak terjebak pada romantisme masa lalu, dan tidak terseret dalam perubahan yang tidak antisipatif.

Dikatakannya, pesantren putri adalah program pendidikan Pondok Pesantren Qudsiyyah yang secara khusus ditujukan untuk memberi pembekalan santri putri. Pada dasarnya, program pesantren putri sama dengan pesantren putra, baik konsentrasi, standart input, maupun standart outputnya, namun ditambah materi khusus perempuan. Mereka lanjut Ikhsan, mendapatkan program I’dad ilmu tafsir.

Program ini diorientasikan untuk membekali peserta didik dasar-dasar penafsiran Al-Qur’an. Program I’dad lebih ditekankan penguasaan perangkat lughawi, manthiqi dan fiqhi.

Peserta program I’dad adalah santri putri Madrasah Qudsiyyah berusia minimal 12 tahun/setara kelas VII MTs Qudsiyyah. Tahassus Tahfidz

Kemudian program Tahassus Tahfidz adalah Program pendidikan Pondok Pesantren Qudsiyyah yang melakukan pengajaran dan kaderisasi dalam bidang Tahfidz Al Qur’an dan Tafsir dasar. Standar Input santri program Tahassus tahfidh adalah santri Madrasah Qudsiyyah berusia minimal 13 tahun/setara kelas VII MTs Qudsiyyah.

Setiap peserta didik wajib hafal 5 juz pertahun. Dijelaskan oleh Abdul jalil, dalam Grand Opening gedung Qudsiyyah putri ini nanti akan diadakan pada hari Jum’ at malam yang menghadirkan KH. Sya’roni Ahmadi serta KH. Maemun Zubair. (Roy Kusuma – RSK)

 

 

 

About

You may also like...

Comments are closed.