Tak Kunjung Giling Dimulai, Karyawan PG Rendeng Gelar Aksi Demo

Kudus, Radiosuarakudus.com- Sejak dilakukan pekerjaan Enginering Procurement Construction and Commisioning (EPCC) revitalisasi Pabrik Gula (PG) Rendeng pada tahun 2017 lalu, praktis kegiatan giling ditiadakan. Revitalisasi yang dilakukan akan menambah produksi gula yang semula 2.500 ton perhari (tonnes of cane per day/TCD) akan menjadi 4.000 TCD. Revitalisasi PG Rendeng diyakini dapat menjadi batu lonjakan dalam upaya mewujudkan ketahanan pangan. Revitalisasi pabrik yang sudah berusia 181 tahun itu juga akan berdampak bagi peningkatan ekonomi petani tebu rakyat di wilayah Kabupaten Kudus dan sekitarnya.  Bahkan revitalisasi tersebut menelan anggaran yang cukup besar yakni mencapai Rp.225 milyar. Dengan menetapkan Konsorsium Wijaya Karya (Wika) – Barata Indonesia sebagai pemenang tender pengerjaan EPCC revitalisasi PG Rendeng berdasarkan evaluasi administrasi teknis, dan kewajaran harga pada 10 Agustus 2017 silam.

Namun setelah selama empat tahun revitalisasi tersebut berjalan, hingga kini kegiatan giling masih belum dimulai. Hal ini nampaknya membuat para pekerja PG Rendeng menjadi gusar karena pihak konsorsium Wika-Barata pernah menjanjikan pada tahun 2019 lalu sudah bisa giling namun gagal. Begitu pula pada tahun 2020 kembali gagal giling hingga kini giling juga belum kunjung dimulai.

Mundurnya giling hingga tiga kali ini membuat puluhan pegawai dan karyawan teknik PG Rendeng menjadi geram dan melakukan aksi unjukrasa spontan dihalaman pabrik gula tersebut. Mereka menuntut konsorsium Wika-Barata segera untuk memberikan kepastian kapan PG Rendeng segera dapat melaksanakan giling tebu.

Ketua SPPP –SPSI unit kerja PG Rendeng, Edi Wantoro menjelaskan teman – temannya menuntut agar pihak konsorsium memenuhi keinginan mereka sesuai perjanjian. Dimana konsorsium Wika-Barata yang lalu sudah ada perjanjian yang tertuang dalam adendum pertama pada tanggal 7 Juni 2021 dan adendum kedua pada tanggal 15 Juni 2021. Tetapi hingga saat ini masih belum ada realisasi untuk penyelesaian peralatan mereka.

Kemudian pihak konsorsium juga meminta waktu dan dilakukan pertemuan antara karyawan, manajer PG Rendeng dan para petani tebu. Dalam pertemuan itu pihak Wika – Barata menjanjikan minta mundur hingga tanggal 20 Juni 2021 untuk giling tebu dapat dimulai. Namun kata Edi Wantoro, pihak konsorsium Wika – Barata belum menepati janjinya dan perjanjian itu dilanggar kembali. Mereka masih belum memberikan kepastian.

“Maka dari itu teman – teman pada hari ini melakukan aksi spontan dan menuntut kapan penyelesaian alat –alat dan kompensasi bagi kami. Karena dengan mundurnya giling ini, banyak peluang yang hilang. Seperti bahan baku tebu (BBT) dan SDM. Sebagai karyawan PG Rendeng, sawah  ladang kami ya untuk memproduksi gula. Kalau sampai tahun ini tidak ada giling lagi, bagaimana nasib kami tahun depan?” kata Edi Wantoro, Rabu (23/6/2021).

Edi Wantoro juga menyesalkan  dengan belum mulainya giling tebu ini, PG Rendeng kehilangan kepercayaan dari petani tebu. Begitu pula pendapatan para karyawan PG Rendeng juga ikut berkurang karena tidak bisa memproduksi gula seperti tahun – tahun sebelum direvitalisasi. Padahal lanjut Edi, pabrik gula lainnya di Pati Raya sudah mlakukan giling sejak pertengahan April hingga kini. Sehingga banyak petani tebu Kudus yang lari ke PG di Pati Raya lainnya.

Sementara itu Direktur Operasi  PT. Barata Indonesia,  Bobby Sumardiat Atmosudirjo mengatakan prinsipnya para karyawan PG Rendeng semangatnya luar biasa. Dimana mereka minta agar PG Rendeng dapat segera giling pada tahun ini. Karena PG Rendeng merupakan kebanggaan masyarakat Kudus. Terutama adalah masyarakat petani tebu.

“Kami komitmen dari permasalahan yang ada, sebagian besar sudah kami selesaikan. Insya Allah satu atau dua hari ini selesai. Sehingga dalam beberapa hari yakni tanggal 30 Juni mendatang kami semua katakan PG  Rendeng sudah siap giling,” kata Bobby.

Terkait mundurnya beberapa kali giling, dia mengaku hal ini karena sangat teknis sehingga akan lama bila dijelaskan. Namun pada intinya kata dia, ada power plant didalam dan ada proses penggilingan tebu hingga pembuatan gula krsital. Dan permasalahnnya selama ini ada di power plant internalnya. Dan itu belum berhasil atau belum stabil.

Gagalnya giling beberapa kali, oleh Bobby menolak bila dikatakan proyek revitalisasi ini gagal. Hal ini lebih dipicu karena masih belum memenuhi persyaratan kontrak. Dan terkait kompensasi kepada para karyawan PG Rendeng, pihaknya berjanji akan menyelesaikannya dalam pertemuan hari ini. (Roy Kusuma – RSK)

 

 

 

About

You may also like...

Comments are closed.