Ukhuwah Wathaniyah Harus Didahulukan Daripada Ukhuwah Islamiyah

NU

Kudus, Radiosuarakudus.com – Ketua Umum (Ketum) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Prof. Dr. KH. Said Aqil Siradj MA. menekankan pentingnya ukhuwah wathaniyah (persaudaraan) berbangsa. Ia menilai, ukhuwah wathaniyah (persaudaraan berbangsa) ini bahkan harus didahulukan ketimbang ukhuwah Islamiyah (persaudaraan Islam).

Hal itu disampaikan Ketum PBNU dalam Program Pengembangan Wawasan Keulamaan (PPWK) yang digelar Lembaga Kajian Pengembangan Sumber Saya Manusia (Lakpesdam) Kudus bekerjasama dengan Pengurus Pusat (PP) Lakpesdam di Aula Pondok Pesantren Raudlatul Muta’allimin Kudus, belum lama ini.

Dijelaskannya, ada dua ukhuwah yang menjadi pegangan Nahdlatul Ulama (NU), yakni ukhuwah wathaniyah dan ukhuwah Islamiah. Menurut dia, ukhuwah wathaniyah ini harus didahulukan ketimbang ukhuwah Islamiyah.

Pemikirannya itu diilhami dari pentingnya sebuah negara (tanah) air bagi pemeluk agama. Ditegaskannya, tanah air harus diperjuangkan, baru Islam. Sebab, kalau negara tidak stabil, bagaimana umat Islam membangun masjid (untuk beribadah) dan melakukan kegiatan keagamaannya.

Dalam kegiatan yang juga menghadirkan H. As’ad Sa’id Ali (Wakil Ketum PBNU), H. Abdul Ghafur Maimun (pengasuh pesantren Sarang, Rembang), H. Abudl Mun’im DZ (Wakil Sekjen PBNU), Yahya Ma’shum, Marzuki Wahid, Ahmad Baso (tim PP lakpesdam), serta H. Abu Hafsin (ketua PWNU Jateng), Said Aqil mengemukakan betapa pentingnya sebuah negara.

Maka, tidak berlebihan jika pada  masa revolusi, Hadlratusy Syaikh KH. Hasyim Asy’ari mengeluakan resolusi jihad bahwa membela tanah air adalah fardlu ‘ain (hubbu al-wathan min al-iman),.

NU, lanjut Said Aqil, tidak sekadar berkontribusi menjaga keutuhan Republik Indonesia, melainkan ikut mempersiapkan berdirinya negara yang dipimpin oleh Soekarno pasca-dideklarasikan sebagai negara merdeka.

Abdul Wahid Hasjim, merupakan salah satu tokoh penting dalam Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI), yang mempersiapkan Indonesia  merdeka,.

Dalam PPWK yang diikuti para pengasuh pondok pesantren di Kudus  ini dikupas pula NU sebagai model Islam Nusantara. Kiai Said menandaskan, NU adalah organisasi yang sangat dihormati oleh dunia, karena peran dan kiprahnya.

Abdul Mun’im DZ mengutarakan, bahwa NU merupakan representasi dari Islam Nusantara, dengan menjaga tradisi lokal dan membangun jaringan internasional. Selain itu, NU menghargai kearifan lokal (lokalitas) sebagai strategi membangun toleransi.

Selain itu, nilai-nilai yang diajarkan Wali Songo dalam menyebarkan Islam, juga menjadi salah satu pegangan hingga sekarang, yaitu tadriji (gradual), taklilut taklif (tidak  memberatkan), dan ‘adamul kharaj (tidak mengancam). Dari sini lah kemudian muncul fiqhu al-ahkam, fiqhu al-da’wah, dan fiqhu al-siyasi,

Ahmad Baso menuturkan, ada fondasi normatif yang ditimba ulama Indonesia bagi Islam Nusantara, yang kemudian  menjadi dasar berdirinya negara Indonesia tanpa embel-embel Islam di dalamnya.

Landasan itu adalah ajaran Islam ahlu al-sunnah wa al-jama’ah. Al-Ghazali juga merinci 10 dasar fondasi keadilan, antara lain amanah, mendengar dan  menasehati  nasehat para ulama, sensitif terhadap hal-hal yang mengarah pada kezaliman (ketidakadilan), serta menempatkan diri senasib dengan rakyatnya. (roy)

You may also like...

Comments are closed.