Kudus, Radiosuarakudus.com- Persaingan industri konveksi di Kudus makin ketat, tidak hanya menghadapi sesama pelaku usaha lokal tapi juga masuknya pakaian jadi dari luar negeri. Khususnya dari negara Tiongkok yang berani memberi harga murah dengan kualitas bagus dan inovatif.
Menurut Kepala Dinas Perindustrian, Koperasi dan UMKM Kudus, Bambang Tri Waluyo, Senin 4 September 2017, masuknya pakaian dari luar negeri tidak mematahkan pelaku usaha konveksi di Kudus. Hal ini terbukti, dari data yang ada konveksi mengalami perkembangan.
Dijelaskan oleh Bambang TW, dari data per kecamatan tiap tahunnya selalu bertambah, seperti di Kecamatan Undaan, jumlah konveksi sekarang ini mencapai 100 lebih usaha dan Kecamatan Jekulo mencapai 1.000 konveksi. Dan sampai saat ini belum ada laporan yang bangkrut atau berhenti. Tapi dia tidak memungkiri kebangkrutan tetap ada, hanya tidak dilaporkan.
Bambang menambahkan, pantauan dilapangan, usaha konveksi melayani pesanan dari luar Jawa, seperti Kalimantan, Papua dan Sumatera. Beberapa pedagang di Pasar Kliwon juga ada yang kerjasama dengan pelaku usaha konveksi dalam jumlah cukup besar.
Menurutnya, inovasi usaha mulai ada peningkatan, sehingga produk lokal mampu bersaing dengan pakaian jadi yang berasal dari Korea maupun Tiongkok. Apalagi, sekarang juga sudah memasuki masyarakat ekonomi ASEAN (MEA), dan pelaku usaha sadar diri untuk bersaing.
Pengusaha konveksi sekarang sudah mulai berinovasi terkait model baju yang menjadi trend saat ini. Dengan melalui media sekarang juga lebih canggih, gadget bisa diandalkan untuk update trend mode masa kini. Share bahan baku juga bisa dicari lewat internet.
Bambang menambahkan, pengembangannya juga ada kerjasama dengan Dinas Perdagangan, menempati lantai III Pasar Kliwon yang gratis selama enam bulan untuk promosi produk konveksi Kudus.
Selain itu, banyak warga yang peminta untuk ikut kursus menjahit di BLK, dan rata-rata mereka ingin bisa bekerja di usaha konveksi. Meskipun ada juga yang ingin membuka tailor sendiri dirumah.(Roy Kusuma – RSK)
