16 Pasien DBD Di Kudus Meninggal Sepanjang Tahun 2019

Kudus, Radiosuarakudus.com- Kasus DBD sepanjang tahun 2019 termasuk rendah karena hanya terdapat 182 kasus, tetapi kasus kematian karena penyakit ini mencapai angka 16 kasus. Untuk itu, Dinas Kesehatan kabupaten Kudus melalui Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM) melakukan evaluasi data tersebut. Dalam kegiatan ini, Seksi P2PM mengundang Puskesmas dan rumah sakit dalam menindaklanjuti kasus yang terjadi sepanjang tahun 2019 agar dapat diminimilir serta ditekan angkanya pada tahun 2020 ini.

Kasi P2PM Nuryanto, Kamis 9 Januari 2020 mengatakan rata – rata kasus meninggalnya pasien DBD ini karena terlambatnya penanganan. Hal ini disebabkan kondisi pasien ketika sampai di rumah sakit sudah dalam keadaan parah. Untuk itu, agar kasus – kasus semacam ini tidak terjadi lagi maka pihaknya melakukan evaluasi secara menyeluruh.

Maka dari itu, seluruh stakeholder juga perlu dilibatkan. Mulai dari dokter, puskesmas dan masyarakat. Untuk itu, agar kasus DBD tidak merebak serta dapat ditekan maka tindak lanjut di tahun ini kata Nuryanto, setiap puskesmas harus wajib membentuk gerakan satu rumah satu jumantik. Khususnya untuk desa yang tahun 2019 lalu adalah endemis DBD.

Kemudian harus dilakukan monitoring dan evaluasi gerakan satu rumah satu jumantik setiap sepekan sekali. Seluruh petugas puskesmas harus turun kelapangan karena disitu ada catatan hasil monitoring. Lalu petugas puskesmas melakukan penyelidikan epidemiologi (PE) bila ada kasus DBD setelah adanya surat keterangan diagnosis dari rumah sakit (SKDRS). Petugas puskesmas wajib mengunjungi rumah warga yang anggotanya terkena DBD serta melakukan pengecekan kondisi rumah warga tersebut.

Selain itu kata Nuryanto, puskesmas juga harus aktif berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan. Lalu puskesmas juga harus meningkatkan kerjasama lintas program dan lintas sektoral serta selalu berkomunikasi dengan desa yang menjadi endemis tinggi kasus DBD. Harapannya, dengan adanya dana desa itu pihak Puskesmas dapat diundang untuk memberikan sosialisasi kepada warga masyarakat terkait penyakit DBD itu.

Ditambahkan oleh Nuryanto, pemberantasan sarang nyamuk (PSN) masih menjadi kiat yang efektif untuk mengendalikan jentik nyamuk. Daripada menggunakan fogging yang hanya membunuh nyamuk dewasa saja. Kebersihan lingkungan menjadi faktor utama pengendalian jentik nyamuk. Apalagi disaat cuaca seperti sekarang ini, masyarakat wajib waspada terhadap perkembangan nyamuk penyebab DBD.

Masih kata dia, dari data yang dimilikinya antara Januari – Mei adalah perkembangan jentik nyamuk. Untuk itu dibulan – bulan tersebut masyarakat harus selalu waspada dan jaga kesehatan. (Roy Kusuma – RSK)

 

About

You may also like...

Comments are closed.