Anjas Ingin Karyanya Dimanfaatkan Untuk Kepentingan Kaum Difabel

Kudus, Radiosuarakudus.com- Tekad bulat dan memperjuangkan nasib kaum difabel, Anjas Pramono Sukamto (21 tahun) mahasiswa Universitas Brawijaya (UB) Malang, Program Studi Teknik Informatika Fakultas Ilmu Komputer (Filkom) menunjukkan prestasi yang sangat cemerlang.

Laki-laki yang berdomisili di Rt. 05 Rw. 2, Desa Besito, Kecamatan Gebog Kudus memberikan contoh untuk kaum difabel lainnya untuk terus berjuang dan meraih prestasi. Meski, tubuh cacat asalkan masih punya pikiran dan ide harus terus diasah.

Anjas sekitar bulan April 2018 lalu mewakili mahasiswa Indonesia ikut lomba International Innovation, Design and Articulation (i-IDeA). Dia membuat aplikasi Difodeaf penerjemah bahasa isyarat, berhasil menyabet juara II Perak.

Diceritakannya, dirinya tercetus ide membuat aplikasi untuk bahasa isyarat, adalah agar mempermudah teman-teman bisu tuli komunikasi dengan orang normal. Disekelilingnya kata dia, dikampus terutama, melihat teman yang tunarungu dianggap tidak mau membaur, padahal mereka kesulitan kalau ingin komunitasi dengan yang normal.

Anjas menjelaskan, aplikasi Difodeaf ini mengubah kalimat menjadi bahasa isyarat yang divisualisasikan dengan gambar. Aplikasi ini bisa diunduh play store, ia mengatakan ponsel sekarang sudah canggih jadi dimanfaatkan saja dengan memberikan fasilitas bagi orang difabel.

Dia juga bercerita, saat mengikuti lomba tersebut ada dosen dari Malaysia tertarik dengan karyanya yang dijadikan jurnal internasional. Anjas menerima tawaran tersebut tapi dengan mengajukan beberapa persyaratan.

Diantaranya, tercantum namanya jurnal internasional, memprioritaskan kepentingan disabilitas internasional dibandingkan komersialisasi dan royalti yang diberikan tertera jelas dan akan disumbangkan ke organisasi difabel di Indonesia.

Dia mengatakan, September 2018 mendatang ia mewakili Indonesia ke India ikut kompetisi International Innovation and Invention Competition (IIIC) bersama empat temannya satu tim, lomba yang nantinya diperjuangkan yakni aplikasi mengetahui tempat-tempat yang ramah disabilitas.

Maih dibulan yang sama, dia akan ikut International Young Inventor Awards (IYIA) di Bali dengan aplikasi yang sama yang akan maju ke India. Aplikasi yang sudah dibuat dan sampai internasional, mudah-mudahan bisa dikonsumsi publik, tidak hanya jadi jurnal atau penelitian saja.

Seperti perkantoran, ruang publik, kampus dan sebagainya. Anjas menerangkan sedikit, aplikasi tersebut bentuknya maping. Menurutnya, tempa-tempat yang ramah disabilitas di Indonesia masih kurang, meski sekarang ini pemerintah sudah berusaha memberikan fasilitas tersebut.

Anjas sejak SMA merupakan siswa berprestasi, pernah mewakili sekolahnya di SMAN 2 Kudus lomba Olimpiade Matematika hingga ke Singapura. Dia mengucap syukur karena orang tuanya sangat mendukung sepenuhnya.

Dia dilahirkan dalam kondisi fisik normal, namun mulai ada tanda-tanda kelainan sejak usia delapan tahun. Sering mengalami patah tulang dan setelah diperiksa secara intensif ternyata ada kelainan perkembangan tulang yang melambat.

Masih kata Anjas, di kota Malang tempatnya menuntu ilmu, dia membuka kafe bersama teman-temannya. Dia belajar bisnis untuk membantu meringankan biaya kuliahnya dan masa depan setelah lulus nanti.

Dia mengaku tetap kembali ke Kudus setelah lulus. Dia berkeinginan terjun ke dunia politik. Entah itu bergabung dengan partai atau mencoba mencalonkan diri menjadi anggota dewan, tapi tujuannya untuk memperjuang nasib rakyat khususnya kaum difabel yang kurang diperhatikan. (Roy Kusuma – RSK)

About

You may also like...

Comments are closed.