Pemkab Diharap Memfasilitasi Pemasaran Kerajinan Sampah

Kudus, Radiosuarakudus.com- Perjuangan pasangan suami – istri Bambang Murwanto (56 tahun) dan Nasikah (51 tahun) warga desa Tumpangkrasak Rt. 04 Rw. 5 kecamatan Jati ini memang patut diapresiasi. Pasalnya, sudah sejak tahun 2012 mereka menjadi pelopor berdirinya bank sampah didesanya. Bahkan kini sudah terbentuk paguyuban pengelola sampah “Mutiara Kudus” yang beranggotakan 400 orang.

Ketika ditemui dirumahnya, Bambang dan Nasikah bergantian bercerita bahwa saat ini di Kudus ada 25 bank sampah namun yang aktif hanya 15 saja. Sedangkan banka sampah yang dikelolannya bernama “Karya Santosa”. Nasikah mengisahkan, awalnya pada tahun 2012 ada tiga bank sampah yang ditunjuk oleh Kementerian Lingkungan Hidup yakni Desa Tumpangkrasak kecamatan Jati, Kelurahan Mlatinorowito kecamatan Kota dan Desa Gondangmanis kecamatan Bae.

Awalnya kata Nasikah, cukup berat untuk memajukan bank sampah yang dikelolanya. Namun dengan semangat dan tekad yang bulat, mereka akhirnya mampu menjadikan bank sampah ini memiliki omzet rata – rata per bulan mencapai Rp. 6 – 7 juta. Awalnya hanya sekitar Rp. 75.000 per bulan. Banyak tetangga dan warga dari desa lain yang membawa sampah ke bank sampahnya. Bahkan seringkali lanjut Bambang, dirinya harus jemput bola mengambil sampah dirumah – rumah.

Hasil sampah yang sudah dipilah – pilah itu lanjut Bambang, dibuat kerajinan tangan seperti tas, dompet dan lain – lain. Bahkan beberapa sekolah mulai SD – SMA sampai perguruan tinggi banyak yang meminta diajari membuat kerajinan dari barang – barang sampah. Seringkali pula tambah Nasikah, dirinya diundang oleh organisasi untuk mengajari membuat kerajinan tangan.

Dikatakan oleh Bambang, sudah banyak anggotanya yang bisa membuat kerajinan tangan dari barang – barang bekas bungkus kopi, susu sachet dan lain – lain. Bahkan lanjut Bambang, hasil karya mereka juga cukup bagus. Namun sayangnya kata Bambang, setelah membuat kerajinan itu selesai, tidak ada kelanjutannya. Seperti pemasarannya, selama ini pemkab tidak pernah membantu mencari pembeli.

Sehingga hanya mentok sampai bungkus sampah mampu dimanfaatkan untuk dibuat tas, dompet dan lain – lain. Selanjutnya, belum ada pemikiran untuk menjualnya agar hasil kerajinan ini tejual. Bila ini terjual kata Bambang, tentunya akan membuka kesempatan kerja dengan membuat kerajinan dari sampah bekas. (Roy Kusuma – RSK)

About

You may also like...

Comments are closed.