Pemkab Tawarkan Rawa – rawa Kepada Investor

ilustrasi rawa

Kudus, Radiosuarakudus.com – Beberapa terobosan akan dilakukan oleh Pemkab Kudus untuk menggenjot investasi. Selain sektor perdagangan dan pariwisata, pemkab juga mulai melirik potensi investasi sektor pertanian untuk ditawarkan ke investor.

Yang menarik adalah, pemkab Kudus menawarkan rawa – rawa yang selama ini dianggap tidak produktif yang ditawarkan kepada investor. Di Kudus memang ada sekitar 650 hektar kawasan rawa-rawa yang tersebar di dua kecamatan, Mejobo dan Jekulo.

Sejauh ini, ratusan hektar rawa-rawa itu merupakan lahan tidur. Saat musim kemarau, kawasan tersebut sulit air. Namun saat musim penghujan justru malah terendam air banjir dalam waktu yang cukup lama. Sebab lokasi kawasan itu memang lebih rendah dibanding wilayah sekitarnya.

Menurut Plt Kepala Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPMPPT) Kabupaten Kudus, Revlisianto Subekti, Selasa 6 Januari 2015, kawasan rawa-rawa potensi investasinya besar, dan mindset harus dirubah, bahwa rawa-rawa pun bisa menjadi kawasan produktif

Menurut Revli, kawasan rawa-rawa itu cocok untuk dikembangkan investor yang bergerak di sektor pertanian dan perikanan. Hal itu juga sesuai dengan peruntukan kawasan tersebut.

Selain ketersediaan lahan yang sangat luas, investor juga diuntungkan dengan lokasi kawasan yang tak jauh dari jalur pantura. Sehingga akses distribusi barang dan jasa lebih mudah, baik ke arah timur (Surabaya) maupun barat (Jakarta).

Dijelaskannya, potensi investasi ini akan terus ditawarkan dalam berbagai kegiatan. Baik level regional, nasional atau lainnya.

Terpisah, Kepala Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kabupaten Kudus Budi Santoso mengatakan pihaknya mendukung langkah terobosan yang dilakukan BPMPPT. Selama ini, pihaknya sebenarnya sudah berupaya menggarap kawasan rawa-rawa agar lebih produktif, namun karena keterbatasan anggaran akhirnya masih banyak lahan yang belum digarap secara maksimal.

Menurut Budi, kawasan rawa-rawa tersebut cocok untuk dikembangkan model tumpangsari antara pertanian dan perikanan. Bagian bawah dibuat kolam untuk budidaya perikanan, baik air tawar seperti nila, gurame atau lele maupun air payau semacam ikan bandeng, udang vaname dan yang sejenis.

Sedang di bagian atas dimaksimalkan untuk area pertanian. Caranya, tanah dinaikkan dan dibuat semacam tanggul lalu ditanami pohon buah-buahan seperti kelengkeng, jambu air atau lainnya. Ketinggian tanah bisa disesuaikan agar tidak terendam air saat musim penghujan. Menurut Budi, model tumpangsari ini sukses dikembangkan oleh petani di wilayah Kabupaten Demak dan kota – kota lain.

Dan yang sudah diterapkan di Demak hasilnya juga menggembirakan. Manfaat ekonominya besar. Ini merupakan potensi yang bagus dan layak dikembangkan di Kudus. (roy)

You may also like...

Comments are closed.