Orang tua, Guru dan Sekolah Berperan Penting Atasi Anak Stress Saat Daring

Kudus, Radiosuarakudus.com- Belajar daring atau di rumah saja sudah berjalan satu setengah tahun. Namun, dibalik proses belajar daring banyak persoalan yang ditemukan. Khususnya mental anak, hal ini disampaikan dokter spesialis jiwa Syarifah Rose Pandanwangi.

Rose menjelaskan, pasien yang ditangani sejak diberlakukan daring beragam. Mulai dari SD hingga perguruan tinggi. Kendalanya sama, anak jenuh dan stress. Permasalahan lainnya, pemarah dan emosial efek dari main game yang berlebihan.

”Daring pembelajaran darurat, mau tidak mau anak harus menjalaninya. Kalau melihat mental anak sekarang ini belum kategori yang darurat, tapi ada resiko yang mengarah pada depresi, stress dan lainnya,” kata Rose, Kamis (12/8/2021) .

Penyebabnya, adaptasi anak tidak sebaik orang dewasa. Maka harus ada pendampingan dan evaluasi dari pihak sekolah. Selama ini  sudah ada komunikasi dua arah antara siswa dan guru, atau belum.

Anak-anak sudah mulai jenuh dengan pemberian tugas yang menumpuk dan guru tidak mau memberikan deadline. Kemudian, anak ini paham atau tidak dengan penjelasan guru yang hanya lewat grup WA. Karena tiba-tiba diberi tugas dan itu tidak hanya satu mata pelajaran dalam sehari.

”Inilah yang saya maksud adaptasi anak yang sebenarnya belum siap. Berbeda kalau ke sekolah, tugas langsung dikerjakan kalaupun ada PR tidak sebanyak seperti daring. Kemudian, ada komunikasi dua arah serta anak bisa bersosialisasi dengan teman – temannya,” jelasnya.

Rose menjelaskan, pasien yang datang padanya mengeluhkan saat daring kasusnya hanya menagih tugas dan seharusnya ada kurikulum darurat yang dipakai untuk daring. Guru juga tidak keliru karena kurikulum yang saat ini sudah disusun harus dituntaskan, jadi anak dibebani dengan begitu banyak tugas.

Ditambahkan, jangan sampai anak-anak kehilangan karakternya dan mental. Ini butuh pendampingan, yakni orangtua. Memberikan pengayom, tidak diperkenankan menyalah-nyalahkan anak kalau diberitahu gurunya ketika tidak mengumpulkan tugas.

”Ya harus didekati, persoalannya apa tidak mengumpulkan tugas. Bisa jadi tidak paham atau lainnya. Jadi, orangtua juga jangan menambah beban anak, tugasnya mendampingi dan memberi support. Kemudian bisa dikomunikasikan antara orang tua, guru dan sekolah,” jelasnya. (Roy Kusuma – RSK)

About

You may also like...

Comments are closed.