Dinas Perdagangan Lakukan Pengukuran Lapak Pedagang Sayur Pagi Pasar Bitingan

Kudus, Radiosuarakudus.com-  Rencana untuk memindahkan pedagang sayur luar kota dari Pasar Bitingan sejak Selasa (31/1/2023) belum berhasil. Dibutuhkan waktu agar pedagang sayur luar kota dan pedagang sayur dari Kudus sendiri dapat beradaptasi dengan lingkungan yang baru. Salah satunya adalah permintaan pedagang sayur pagi Pasar Bitingan yang minta dibuat ukuran lapak yang ada di Pasar Burung dan Barang Bekas (Babe). Permintaan itu dikabulkan oleh Dinas Perdagangan Kudus, Rabu (1/2/2023) dikerahkan petugas untuk mengukur lokasi yang dijadikan tempat jualan pedagang sayur.

Pasar Burung dan Babe dianggap lokasi alternatif yang layak untuk pedagang sayur pagi Pasar Bitingan. Dibandingkan usulan awal di Pasar Hewan Gulang, Mejobo. Lokasi Pasar Burung dan Babe pertimbangannya akses mudah dan lingkungan sekitar juga bersih. Meski ada yang berjualan burung dan hewan lainnya, tapi tidak sejenis hewan ternak, dan juga jaraknya tidak saling berdekatan dengan lokasi yang akan dijadikan jualan sayur.

Plt Kepala Dinas Perdagangan Kudus Djatmiko Muhadi bersama dengan Sekdin Andi Imam Santosa dan Kabid Pengelolaan Pasar Alberthus Harys Yunanta sekitar pukul 13.00 melakukan pengukuran lokasi untuk dibuat petakan.

”Ini kami sediakan 82 petak dengan ukuran 3×3 meter. Ini berdasarkan data terbaru kami jumlah pedagang yang awalnya 38 menjadi 56 pedagang. Kami juga mengundang perwakilan pedagang sayur untuk menyaksikan langsung pengukuran petak lokasi yang nantinya akan dijadikan tempat jualan pedagang sayur pagi,” ujar Djatmiko, Rabu (1/2/2023).

Ia mengatakan, ini salah satu permintaan pedagang dari hasil negosiasi Selasa (31/1/2023) malam. Setelah ini jadi, pedagang sayur pagi bisa menempati secepatnya. Pihaknya, tidak ingin molor-molor lagi.

Sementara, perwakilan pedagang sayur pagi Reza Susanto, saat menyaksikan pengukuran mengaku sebenarnya berat untuk pindah. Pedagang yang jualan di luar Pasar Bitingan itu sayurannya tidak lengkap, dibanding pedagang sayur yang ada didalam pasar.

Dikhawatirkan, kalau pindah jadi tidak laku. Pertimbangan selanjutnya, sayuran itu tidak tahan lama, semisal sepi tidak ada pembeli maka pedagang bisa merugi karena sayurannya busuk.

”Modalnya juga cukup besar, bisa sampai puluhan juta. Kalau hari biasa sekali kirim itu bisa langsung habis. Kami ini berupaya lagi mencoba untuk di relokasi ini. Misalkan, satu minggu pedagang merasa tidak nyaman, izinkan kami kembali lagi, kalau dari Pemkab alasannya lalu lintasnya, justru nanti dampaknya kerugian pada pedagang. Kalaupun pindah, pedagang sayur seluruhnya juga harus direlokasi,” ucapnya. (Roy Kusuma – RSK)

About

You may also like...

Comments are closed.