Tim Pencegahan TBC Harus Dimaksimalkan Menuju Kudus Eliminasi TBC 2030

Kudus, Radiosuarakudus.com-  Bertempat di Hotel @Hom Kudus, Rabu (5/4/2023) berlangsung peringatan Hari Tuberkulosis Sedunia tingkat Kabupaten Kudus. Hadir dalam acara ini Bupati Kudus HM Hartopo serta Kabd Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Provinsi Jateng, Rahma Noryati  serta pejabat dari OPD terkait. Bahkan usai acara juga dilakukan penandatanganan komitmen bersama Eliminasi TBC di Kabupaten Kudus Tahun 2023.

Usai acara Bupati Kudus HM Hartopo kepada sejumlah wartawan mengatakan acara ini adalah bagian dari mengingatkan kita semua agar selalu berhati – hati supaya tidak tertular penyakit TBC yang merupakan penyakit berbahaya. Bahkan lanjut Hartopo, TBC merupakan penyakit yang lebih  berbahaya daripada Covid-19.

“Untuk penularan penyakit TBC hampir sama dengan Covid-19 yakni melalui droplet. Kami minta kepada Dinas Kesehatan agar lebih memaksimalkan kerja tim untuk menemukan kasus pasien baru TBC agar segera diobati sehingga dapat menekan angka kasus TBC di Kudus. Bila tidak banyak ditemukan justru penyebaran akan lebih banyak. Bahkan embrio TBC sendiri sudah cukup banyak ditemui pada orang yang kelihatan sehat,” ungkap Hartopo.

Hartopo meminta agar  penyakit ini dapat diberantas habis sehingga kabupaten Kudus kedepan dapat terbebas dari kasus penyakit TBC ini.

Sementara itu Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kudus, dr. Andini Aridewi menambahkan untuk temuan kasus TBC di Kudus dan diobati pada tahun 2022 sebanyak 2351 kasus. Pada tahun yang sama kata dia, jumlah kematian mencapai 64 orang (2,06%).

“Dari jumlah kasus yang meninggal memang masih diatas target. Karena target kami hanya 1,5% atau 31 kasus kematian. Dan pasien TBC yang meningal ini selain karena mempunyai penyakit penyerta mereka juga adalah resisten obat. Untuk penyakit penyerta yang diderita pasien TBC ada penyakit HIV, jantung dan juga DM,” kata dr. Andini.

Dijelaskan, untuk pasien yang murni TBC dan tidak resisten obat, biasanya mereka akan sembuh. Diakuinya, terapi pasien TBC ini memiliki jangka waktu antara 6 – 9 bulan. Dan hal ini butuh konsistensi dalam kedisiplinan dari para pasien TBC untuk minum obat agar sembuh. Untuk itu, petugas kesehatan bersama dengan para kader berupaya agar bisa memberi pendampingan minum obat. Bahkan dalam pendampingan ini pihaknya juga merangkul organissasi mitra seperti Mentari Sehat, Fatayat NU serta Aisiyah. (Roy Kusuma – RSK)

About

You may also like...

Comments are closed.