RKBBR Akan Gelar Budaya “Ngangsu Banyu”

Kudus, Radiosuarakudus.com-  Gelar Budaya “Ngangsu Banyu” yang rutin tiap tahun diadakan oleh Rumah Khalwat & Balai Budaya Rejosari (RKBBR), akan kembali dilaksanakan. Sembari turut menyemarakkan peringatan HUT ke-78 Republik Indonesia, Gelar Budaya “Ngangsu Banyu” akan dihelat mulai Jum’at (18/8/2023) hingga Minggu (20/8/2023).

Gelar Budaya “Ngangsu Banyu” menjadi peristiwa introspektif untuk kembali memaknai kehadiran air dalam kehidupan kita sehari-hari. Para warga Rejosari pada jaman dulu, mendapatkan air untuk kebutuhan sehari-hari di rumah dengan “ngangsu” (mengambil air) ke sumber-sumber mata air yang ada di sekitarnya. Biasanya yang mengambil air atau ngangsu tersebut dilakukan oleh para ibu, sementara bapak-bapak mencari kayu bakar di hutan.

Demikianlah para warga mengolah kehidupan bersama lingkungannya. Mereka berangkat dari rumah bersama, dan kembali ke rumah bersama. Ibu membawa jun atau kendi, dan suaminya menggotong kayu. Mereka hidup berdampingan dengan alam dan menyadari bahwa antara mereka saling membutuhkan; manusia dan lingkungannya.

“Apa yang didapatkan oleh orangtua yang kemudian dibawa ke rumah, kemudian dinikmati bersama oleh seluruh keluarga. Dari sana kemudian kita melihat bagaimana kehidupan rukun dan damai sebuah keluarga tercipta dan dipelihara keutuhannya dari waktu ke waktu. Dalam ikatan kasih sayang sebagai satu saudara,” kata koordinator kegiatan Ngangsu Banyu, Asa Jatmiko, Senin (14/8/2023).

Dikatakan, ada beberapa peristiwa indah manakala kita menelisik kembali aktivitas “Ngangsu Banyu” yang terjadi di masyarakat waktu itu. Dan inilah kiranya yang kemudian kita tarik ke dalam peristiwa instrospektif gelar budaya “Ngangsu Banyu”.

“Keluarga-keluarga yang hidup dalam kepenuhan cinta kasih, biasanya adalah keluarga-keluarga yang selalu haus untuk mendapatkan nilai dan keutamaan dalam hidup mereka. Keluarga-keluarga inilah yang selalu melakukan pencarian akan “air kehidupan”. Karena dengan demikian, keluarga-keluarga selalu disegarkan, ditumbuhkembangkan dan terpelihara dalam kedamaian keluarga,” tuturnya.

Dimana keluarga itu mencari dan menemukan air kehidupan? Seperti halnya para ibu dalam ngangsu banyu di Rejosari dulu, Mereka mencari dan mendapatkannya di terdapat sumber mata air. Tentu bahwa sumber tempat keluarga mencari dan mendapatkan kesegaran, kedamaian dan keselamatan, tidak lain adalah kembali kepada Sang Sumber Hidup itu sendiri.

Setelah kita mengalami “pagebluk” panjang yang bernama Pandemi Covid-19, berangsur-angsur hari ini kita pulih. Masuk dalam kehidupan normal sehari-hari sebagaimana sediakala.

Ditambahkan, kebudayaan selalu memihak kepada marwah kemanusiaan dimana pembelaan terhadap nilai dan martabat manusia selalu digaungkan.  Oleh karena itu, kebudayaan telah secara langsung maupun tidak, membawa bangsa Indonesia menjadi bangsa yang tidak hanya besar, namun juga bermartabat.

Mengutamakan dialog dan membuka pintu-pintu rekonsiliasi, serta menghargai pluralitas merupakan soko guru kebudayaan yang kokoh. Menjaga keberlangsungan hidup berbangsa dan bernegara. (Roy Kusuma – RSK)

About

You may also like...

Comments are closed.